Al Ma’un Inspirasi Ridwan Kamil Bangun Bandung
Bandung — Bertempat di ballroom Mutiara Hotel, Walikota Kota Bandung Ridwan Kamil, menyampaikan beberapa gagasannya dalam membangun kota dalam rangka Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) pada Sabtu, (2/4),
Kang Emil, sapaan akrab walikota Bandung ini, beberapa hal yang telah dicapainya dalam memimpin Kota Bandung, ialah inspirasinya terhadap QS. Al-Maun 1:7. “Bila bertanya darimana datangnya syariat kemanusian, menurut saya surat Al-Ma’un itu”. Lanjutnya,
Dia bercerita tentang bagaimana dirinya ketika memimpin Kota Bandung selalu ia buat progam kebijakan yang tidak dzalim pada rakyat. “Jadi dalam setiap mengambil keputusan, dilingkaran saya terdapat ada penasehat yang bernama kebijakan publik. Tugasnya ialah me-review apakah aturan saya itu oke, dzalim atau tidak”, ujar Ridwan Kamil.
“Selama masih ada anak yatim yang terlantar dan orang miskin tidak terurus. Kita sebagai muslim yang mampu dan beruntung ini, sebenarnya memiliki kewajiban.”, terangnya dalam sesi ceramah dalam acara RAKERNAS MDMC.
Ridwan Kamil berlandaskan pada QS. Al-Ma’un mengatakan bahwa ketika seorang muslim yang mampu menolong namun ia tidak menolong, maka ia termasuk orang-orang yang mendustakan agama.
Menurutnya MDMC disini adalah cermin dari dakwah Islam terbaik. Baginya seorang penolong dapat dikatakan memiliki ahlak yang tinggi bilamana ia mampu menolong sesama, “Komunitas MDMC inilah merupakan cerminan dakwah terbaik. Kita datang menolong, tidak berharap pamrih, serta mengorbankan waktu dan tenaga untuk menolong sesama”, tuturnya.
Baginya dakwah Islam yang baik ialah yang berlandaskan pada perilaku, “Sebaik-baiknya dakwah ialah perilaku, bukanlah kutap-kutip ayat atau sebagainya. Tanpa harus bicara, perilaku dan akhlak kita akan menjadi dakwah.” ujarnya
Dia bercerita tentang bagaimana Warga Bandung dengan Pemkot Bandung berkolaborasi untuk mensukseskan penyelenggaraan Konferen Tingkat Tinggi Asia-Afrika (KTT – Asia Afrika) tahun 2015. Tanpa memandang agama dan status sosial, warga Bandung beserta pemerintah kota ikut membantu persiapan acara KTT – Asia Afrika selama 60 hari. “Perlu diketahui, bahwa setengahnya dari biaya KTT-Asia Afrika, bukanlah berasal dari APBN. Bola-bola sepanjang Jalan Asia-Afrika merupakan sumbangan jemaat gereja, bangunan-bangunan kolonial, Pemkot Bandung mendapat sumbangan dari ibu-ibu pengajian, keamanan jalannya acara merupakan kordinasi antara relawan, TNI dan Preman Bandung”, jelasnya.
Menurutnya nilai-nilai Muhammadiyah itu dia terjemahkan kedalam banyak jawaban-jawaban akan permasalahan-permasalahan sosial di negeri ini, “Khoirunass Anfauhum Linnas”. Sebaik-baiknya manusia ialah yang bermangfaat bagi sesamanya”, tutupnya. (mdmc) (dzar)