SMK Swasta Muhammadiyah 11 Sibuluan

Loading

Hubungan Iklim Sekolah dengan Hasil Akademik-Non Akademik

sekolahIklim sekolah didefinisikan orang secara beragam dan dalam penggunaanya kerapkali dipertukarkan dengan istilah budaya sekolah. Iklim sekolah sering dianalogikan dengan kepribadian individu dan dipandang sebagai bagian dari lingkungan sekolah yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis serta direfleksikan melalui interaksi di dalam maupun di luar kelas. Halpin dan Croft (1963) menyebutkan bahwa iklim sekolah adalah sesuatu yang bersifat intangible tetapi memiliki konsekuensi terhadap organisasi.

Tagiuri (1968) mengetengahkan tentang taksonomi iklim sekolah yang mencakup empat dimensi, yaitu: (1) ekologi; aspek-aspek fisik-materil, seperti bangunan sekolah, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK dan sejenisnya (2) milieu: karateristik individu di sekolah pada umumnya, seperti: moral kerja guru, latar belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya: (3) sistem sosial: struktur formal maupun informal atau berbagai peraturan untuk mengendalikan interaksi individu dan kelompok di sekolah, mencakup komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi staf dalam pengenbilan keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan, kolegialitas, hubungan guru-siswa; dan (4) budaya: sistem nilai dan keyakinan, seperti: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.

Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hasil tinjauan ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang iklim sekolah sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari setengahnya menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru dan adminstrator, konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik siswa.

Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil, demokratis, dan respek terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi tingkat drop out siswa, tinggal kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa (Farrell, 1990; Fine, 1989; Wehlage & Rutter, 1986; Bryk & Driscoll, 1988). Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa. Sementara itu, studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser & Eccles (1998) membuktikan bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki dampak ke depannya bagi penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values) akademik. Studi yang dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa iklim sekolah, yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi, lingkungan sekolah yang teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa.

Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah pun memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi (Brookover et al., 1979; McDill & Rigsby, 1973; Mitchell, 1968; Anderson, 1982). Studi yang dilakukan Battistich dan Hom (1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan akan komunitas (sense of community) dapat mengurangi secara signifikan terhadap munculnya perilaku bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan. Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan tingkat depresi (Roeser & Eccles 1998). Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku, gaya hidup dan konteks sosial pada kalangan anak muda di 28 negara menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam pengambilan keputusan di sekolah, perasaan memperoleh dukungan dari guru dan siswa lainnya ternyata berkorelasi dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok, tingginya aktivitas fisik, serta tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie et al. 2000). Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang saling menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau mendengarkan siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan dampak terhadap tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan kewarganegaraan (Newmann, 1990). Selain itu, siswa juga lebih toleran terhadap perbedaan (Ehman, 1980) dan lebih mengenal terhadap berbagai hubungan internasional (Torney-Purta & Lansdale, 1986).

Adaptasi dan disarikan dari : Les Gallay and Suet-ling Pong. 2004. School Climate and Students’ Intervention Strategies on line pop.psy.edu

Tips Agar Lancar Berbicara di Depan Umum

Apakah Anda termasuk orang yang masih sering tidak lancar (belepotan) ketika melakukan presentasi? Sebelum kita ke inti permasalahan ada 3 penyebab presentasi kita gagal baca di bawah ini :

1. Takut, Grogi atau Minder

grogi1-660x330Hal yang wajar ketika Anda merasa takut, grogi atau minder karena saya juga merasakannya, tapi yang tidak wajar adalah ketika Anda membiarkan perasaan tersebut menguasai sehingga merusak presentasi Anda. Semua orang ketika pertama kali tampil didepan umum pasti akan merasa kurang percaya diri. Perasaan ini muncul karena adanya pikiran negatif dari dalam diri kita. Seringkali merasa memiliki banyak kekurangan, tidak pintar, tidak berpengalaman dan takut jika teryata gagal (tidak bisa). Atau bisa jadi karena jumlah peserta (terlalu banyak/ terlalu sedikit), kadang juga disebabkan karena status peserta lebih tinggi dari pembicara.

2. Kurangnya Persiapan

unpreparedPersiapan yang kurang membuat penguasaan materi yang tidak maksimal. Hal ini secara otomatis akan memicu rasa khawatir jika materi yang akan disampaikan tidak lancar. Contohnya ketika Anda tiba-tiba diminta secara mendadak untuk presentasi. Bukan situasi yang enak dan banyak pilihan tapi situasi seperti ini bisa membuat presentasi berantakan. Ada juga istilah presentasi gasing, yang isi presentasinya hanya berputar-putar saja sehingga tambah lama si pembicara menjadi tambah bingung dan tidak tahu harus berbicara apa lagi.

3. Word Filler

filler-words-pictureWord filler adalah pengucapan kata yang tidak memiliki arti. Kata-kata ini sering disebut bergumam atau mumbling. Seringkali hal ini kita lakukan tanpa kita sadari, secara reflek keluar begitu saja. Jika durasinya terlalu sering maka akan menimbulkan kesan belepotan saat presentasi. Bergumam seperti ‘eee,, eemmm’ akan mengganggu kejernihan pesan yang Anda sampaikan dan membuat Anda terlihat tidak siap membawakan presentasi dihadapan audiens. Untuk mengatasinya Anda harus sadar dulu Word filler Anda itu seperti apa, karena masing-masing orang akan berbeda. Jika Anda tidak sadar akan sulit memperbaikinya.

Untuk mencegah ketiga hal di atas, berikut ini bebrapa tips bagaimana cara agar lancar berbicara di depan umum ketika presentasi dan tampil percaya diri saat presentasi :

1. Persiapan

checklistCara yang paling efektif untuk menghilangkan rasa takut, grogi & minder adalah persiapan. Bahkan presenter kelas dunia juga selalu melakukan persiapan sebelum mereka presentasi. Apa saja yang harus Anda siapkan?

  • Materi. Pastikan materi Anda sudah benar-benar siap, buat materi presentasi yang mudah untuk dipahami audiens, karena sebagus apapun isi materi tapi kalau sulit untuk dipahami akan percuma. Selain itu Anda juga harus benar-benar menguasai materi dengan cara latihan membawakan materi presentasi. Saya selalu menyempatkan latihan membawakan materi minimal 1 hari sebelum presentasi. Ketika latihan Anda harus benar-benar memposisikan tubuh dan gaya Anda seperti sedang presentasi bukan sekedar membaca materi. Kebanyakan orang hanya latihan sambil duduk & membaca, percayalah itu tidak efektif.
  • Skrip. Skrip berfungsi sebagai panduan Anda tentang apa saja yang akan disampaikan, tulis sedetail mungkin karena ini adalah sekenario presentasi Anda. Apakah saat tampil harus sama 100% dengan skrip? Tidak juga, pada praktiknya Anda akan banyak melakukan perubahan ketika presentasi di depan, tapi Anda sudah ada panduan urutan presentasinya bagaimana, dan sudah tahu apa saja yang harus disampaikan sehingga tidak perlu takut keluar dari pembahasan. Skrip sebaiknya ditulis secara detail sehingga Anda bisa tahu apa yang harus Anda bicarakan ketika berada di depan. Jika Anda tidak suka menulis skrip secara detail, Anda bisa membuat skrip dalam bentuk point-point dengan menggunakan teknik mind mapping untuk presentasi.
  • Slide. Ini peralatan perang yang harus selalu Anda siapkan. Slide membantu Anda mengingat materi yang ingin disampaikan dan membantu audiens memahami + memperkuat pesan yang Anda sampaikan. Bagi Anda yang sering melakukan presentasi gasing, Anda harus benar-benar mempersiapkan struktur materi presentasi, skrip dan slide dapat menolong Anda ketika penyampaian materi presentasi mulai kehilangan arah.
  • Latihan. Banyak orang yang sudah biasa presentasi menyepelekan hal ini. Padahal latihan akan membuat skill presentasi selalu meningkat. Latihan dapat dilakukan ketika di kamar mandi, atau berlatih didepan cermin. Semakin sering latihan akan membuat presentasi Anda seperti sedang ngobrol dengan teman. Tanpa perlu berfikir, semua kata-kata sudah otomatis keluar dengan sendirinya. Latihlah pembukaan Anda seperti apa, latihan dengan menggunakan slide supaya hasilnya lebih optimal. Jangan lupa melatih cerita atau humor yang akan Anda ceritakan (ice breaking), jangan sampai Anda merasa lucu tapi teryata garing untuk peserta. Khusus untuk Anda yang punya permasalahan dengan Word filler, maka sering-seringlah latihan dengan direkam sehingga Anda akan tahu dimana titik yang harus diperbaiki.
  • Lokasi. Upayakan selalu datang lebih awal untuk mempersiapkan presentasi Anda. Dengan datang lebih awal Anda punya waktu untuk menyesuaikan tubuh dan melakukan visualisasi presentasi yang akan Anda laksanakan.

2. Hilangkan Rasa Takut

no-fearYang harus Anda pahami bahwa ketakukan itu hanya ada di dalam fikiran Anda sendiri. Seringkali apa yang Anda takutkan tidak pernah terjadi. Coba amati ketika Anda merasa tidak percaya diri pasti posisi tubuh Anda sedikit membungkuk, tatapan cenderung ke bawah, kadang tangan juga berkeringat, artinya apa? Di dalam NLP Anda akan belajar bahwa the mind and body is one (pikiran dan tubuh adalah satu). Merubah salah satunya, otomatis mempengaruhi yang lainnya. Perasaan takut, grogi & minder ada di dalam fikiran Anda. Yang harus Anda lakukan untuk menghilangkannya adalah dengan merubah gerak fisik.

  • Pemanasan. Ambilah waktu untuk melakukan pemanasan, jangan biarkan tubuh Anda dalam posisi diam penuh kegusaran. Mulai gerakkan tangan dan kaki, ubah posisi tubuh menjadi lebih tegak dan tersenyumlah. Bisa juga dengan pergi ke kamar mandi untuk loncat-loncat dan melakukan pemanasan atau untuk sekedar buang air kecil atau cuci muka. Jangan sampai Anda menahan ingin buang air kecil saat presentasi karena rasanya sangat tidak nyaman.
  • Perut. Ambillah nafas untuk membuat detak jantung Anda menjadi lebih stabil. Ambil pernafasan perut (bukan dada) dengan cara memegang perut Anda lalu ambil nafas. Jika perut Anda mengembang pada saat menarik nafas itulah pernafasan perut. Pernafasan perut akan membuat detak jantung Anda menjadi lebih stabil sehingga perasaan Anda akan lebih tenang.
  • Ubah Fokus. Dari pada terus memikirkan hal-hal negatif yang akan terjadi, cobalah untuk merubah fokus ke hal yang lain, misalnya menyambut peserta yang datang dengan berjabat tangan atau ngobrol ringan (di luar topik presentasi). Atau iseng membuka foto-foto di HP yang isinya foto Anda bersama keluarga atau teman. Fungsinya hanya sekedar untuk mengubah fokus dari hal-hal negatif ke hal-hal yang positif.

3. Self Talk

self-talkCara terakhir untuk menghilangkan rasa takut, grogi & minder adalah self talk. Anda pasti sadar ketika perasaan takut, grogi dan minder itu datang maka akan banyak sekali kalimat-kalimat yang melemahkan yang menari-nari di kepala. Bagaimana jika gagal, bagaimana jika ditertawakan, bagaimana jika audiens tidak suka dan masih banyak lagi, hal-hal negatif berkumpul jadi satu dan dan melemahkan Anda.

  • Ubah Pertanyaan. Jika ini sudah terjadi, maka lakukan self talk. Bicaralah pada diri Anda sendiri dimulai dengan mengubah pertanyaan. Bagaimana jika nanti presentasinya sukses?, Bagaimana caranya supaya audiens suka dengan presentasi saya?, Bagaimana caranya supaya audiens lebih mudah memahami? Ingat, kualitas pertanyaan Anda akan menentukan jawaban. Kalau pertanyaan positif, maka jawaban yang dihasilkan juga positif, dan tidakan yang diperbuat cenderung lebih positif.
  • Berdo’a. Jangan lupa berdoa supaya diberi ketenangan, dimudahkan dan diberi kelancaran lisan ketika menyampaikan presentasi. Dengan berdo’a, kita telah menyerahkan segala ikhtiar yang sudah kita persiapkan untuk selalu mendapat pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Dengan sikap berpasrah ini maka hati menjadi lebih tenang dan tidak ada beban ketika presentasi.

Demikianlah beberapa tips agar lancar menyampaikan presentasi di depan umum. Semoga bermanfaat.

Sumber : EkoConqueror@Kaskus

6 Kejadian Aneh yang Terjadi dalam Tubuh Manusia

Tanpa disadari, banyak misteri yang menyangkut tubuh kita. Mau tahu apa saja keanehan yang terjadi pada tubuh? Berikut: 6 Kejadian Aneh yang Sering Terjadi dalam Tubuh Manusia.

  • Perasaan Jatuh

jatuh-saat-tidur

Pernah merasakan saat sedang tidur tiba-tiba merasa seperti jatuh dan tersentak bangun? Sensasi aneh ini disebut hypnic jerk. Sekitar 70 persen orang mengalami dan kebanyakan terjadi pada orang yang mengalami kesulitan tidur. Ketika Anda tidur terjadi perubahan suhu dalam tubuh mengakibatkan pernapasan melambat dan otot mengendur. Tubuh salah menafsirkan hal tersebut, sehingga mengirimkan sinyal tersentak dan Anda terbangun dengan kaget. Biasanya terjadi pada masa transisi antara sadar dengan susah tidur.

  • Kedutan Mata

88784_sakit_mata_663_382

Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba mata berkedut. Biasanya, hal ini dikaitkan dengan hal-hal mistis. Hush, jangan terlalu percaya tahayul. Stres, kelelahan dan terlalu banyak kafein menjadi pemicunya.

  • Kesemutan

kesemutan

Duduk yang terlalu lama atau posisi duduk yang salah menyebabkan munculnya kesemutan. Kesemutan terjadi karena saraf dan pembuluh darah yang mengalami tekanan. Kesemutan juga menjadi pesan adanya nyeri yang dikirimkan saraf ke otak.

  • Monster di Perut

perut-bunyi

Saat sedang berada di acara formal, tiba-tiba perut mengeluarkan bunyi. Anda pasti pernah mengalami hal memalukan inikan? Bunyi perut disebabkan oleh kontraksi otot-otot lambung dan usus kecil. Kontraksi ini bergerak terus menerus dengan mendorong isinya ke bawah, yang disebut gerakan peristaltik. Selain mendorong makanan ke dalam sistem pencernaan, kontraksi ini juga membantu dalam mencampur makanan, cairan dan gas atau udara menjadi suatu adonan lengket. Semua bahan-bahan tersebut ditekan dan dipecahkan dalam usus. Gas pun ikut dipecahkan, sehingga menimbulkan suara.

  • Muka Kemerahan

pipi-merah

Bila merasa malu atau marah, muka mendadak menjadi kemerahan seperti kepiting rebus. Menurut para ahli, fenomena ini merupakan reaksi fisik terhadap perilaku sosial. Ketika Anda malu atau mengalami kondisi memalukan yang memicu adrenalin, maka tekanan darah akan naik, detak jantung berdetak cepat dan aliran darah melaju cepat. Akibatnya, pembuluh darah kecil di wajah melebar akibat meningkatnya aliran darah, yang menyebabkan kemerahan pada pipi dan telinga.

  • Geli saat digelitik orang lain

gelitik

Aneh, saat kita menggelitik diri sendiri malah tak merasa geli. Kenapa ya kira-kira? Para ilmuwan menemukan bahwa perasaan yang kita alami saat digelitik membuat tubuh menjadi panik yang merupakan respons alami. Tawa tak terkendali menjadi tandanya. Penelitian menunjukkan bahwa otak telah dilatih untuk tahu apa yang harus dirasakan ketika kita melakukan gerakan-gerakan tertentu. Terkejut, merasa panik atau gelisah hingga digelitiki orang lain membuat tubuh merespons dengan cara berbeda.

Demikianlah 6 kejadian aneh yang terjadi pada tubuh manusia.

Sumber : valeytern@kaskus

Dibalik Kisah ZERO tau nol ( 0 )

number-0_2Sering kita mendengar pengucapan salah akan si “ZERO” ini, khalayak ramai terutama di Indonesia sering menyebutnya dengan “kosong”, yang sebenarnya ini adalah hal yang sangatlah berbeda. Pengucapan yang salah ini sudah biasa kita dengarkan sejak kita duduk di bangku terendah pembelajaran di Indonesia, tapi sebenarnya semua itu tidak sepenuhnya salah.

Menurut Wikipedia, “nol” adalah suatu angka dan digit angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka. Angka nol memainkan peranan penting dalam matematika sebagai identitas tambahan bagi bilangan bulat, bilangan real, dan struktur aljabar lainnya. Sebagai angka, nol digunakan sebagai tempat dalam sistem nilai tempat.

Sejarahnya

Dahulu kala sebelum angka berbentuk seperti yang sekarang ini, Orang-orang India telah mengenal angka 1,2,3,4,5,6,7,8,9. Kemudian pada masa-masa berikutnya, orang India mengajarkannya kepada orang-orang Persia yang ada di India, dan setelahnya orang-orang Persia membawa ilmu tersebut ke tanah airnya, kemudian mereka mengajarkannya kepada orang-orang Arab. Setelah orang-orang arab mengenal angka-angka tersebut, pada masa-masa selanjutnya angka-angka tersebut kemudian dikembangkan oleh Kebudayaan Islam di Baghdad sehingga angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 lebih dikenal sebagai angka hindu-arab dan terkadang hanya disebut sebagai angka arab. Lalu, siapa penemu angka 0?  Karena sesungguhnya hanya tersisa angka itu saja yang belum ada di dunia ini pada saat itu.

Dia adalah Al-Khawarizmi, salah satu intelektual muslim yang mahir dan terkemuka, menyumbangkan karyanya di bidang matematika, geometri, musik dan sejarah. Bukan hanya itu saja, ia juga merupakan ilmuwan astronomi sekaligus ilmu bumi. Jasa beliau sangat besar dalam mendirikan fondasi matematika modern yang kita lihat dewasa ini, dan termasuk pengembang ilmu geometri dengan angka-angka untuk persamaan kuadrat. Dia, Al-Khawarizmi, penemu angka “penting” di dunia ini.

khawarismi

Perkembangan Bentuk Angka

Bentuk angka dulu tentu saja berbeda dengan bentuk angka yang sekarang ini. Jika kita berbicara angka romawi yang menggunakan huruf, yaitu I II III IV V… dst, kita tidak akan menemukan angka 0 di dalamnya. Oleh karena itu, kita akan langsung saja membahas menurut angka arab – pengembangan ilmuwan muslim – modifikasi terkini. Angka arab yaitu angka 0-9. Dan ternyata, angka-angka zaman sekarang ini merupakan modifikasi dari angka arab yang didasarkan atas perhitungan sudut, lihatlah gambar di bawah ini.

4675768_20151109011918

Angka 0 misalnya, tidak mempunyai sudut, angka 1 mempunyai satu sudut, angka 2 mempunyai 2 sudut, dan seterusnya. Dan sekitar pada abad ke 9 masehi, angka-angka itu mulai diperkenalkan ke dunia Eropa oleh ilmuwan muslim, melalui afrika utara dan wilayah-wilayah lainnya. Dan tentu saja, digunakan hingga sekarang. Walaupun bentuknya sedikit dimodifikasi dari aslinya.

Kesalahpahaman mengenai Nol

  • Nol itu bukan genap dan bukan ganjil.

Nol itu memang bukan positif dan juga bukan negatif, tapi dia genap. Secara definisi, bilangan genap adalah bilangan bulat yang dapat dibagi dengan dua dan hasilnya tetap bulat. Nol itu bilangan bulat dan bisa dibagi dua, hasilnya nol, dan nol sekali lagi, adalah bilangan bulat. Selain itu, Ada teorema dalam teori bilangan yang mengatakan kalau jumlah dua bilangan genap adalah bilangan genap. Misalnya : -2 itu bilangan genap, 2 itu bilangan genap juga, kalau dijumlahkan hasilnya nol. Kalau kita anggap nol bukan bilangan genap, akibatnya teorema itu harus di ubah menjadi : jumlah dua bilangan genap adalah bilangan genap kecuali nol. Tidak efektif, sedangkan matematika itu sebisa mungkin efektif dan sederhana.

  • Nol adalah bilangan prima.

Bukan. Bilangan prima hanya berlaku untuk bilangan setelah satu. Ia harus asli dan bukan komposit. Satu bukan bilangan prima, juga bukan komposit. Nol apalagi, dan bilangan negatif sama sekali bukan.

  • Nol itu bukan bilangan.

Kalau kamu menghitung dengan jari, memang nol bukan bilangan hitung. Nol adalah bagian dari bilangan cacah untuk menunjukkan kuantitas. Saat kamu punya sekotak coklat yang isinya enam batang. Kamu bisa ambil enam batang. Saat temanmu minta dan ternyata tidak ada lagi, bilang aja isinya nol batang coklat. Nol termasuk bilangan. Kita terbiasa hidup di dunia yang sudah mengenal nol. Tapi dulu, orang tidak menganggap nol bilangan. Mereka menghitung dari satu. Dan sebelum satu adalah tidak ada bilangan. Dari sini anggapan kalau nol itu bukan bilangan.

  • Nol itu bilangan tanpa tanda.

Dalam sistem bilangan ada dua tanda. Positif dan negatif. Tanda sendiri bukanlah sesuatu yang bisa dijumlahkan, dikalikan atau mendapat operasi tertentu. Positif tambah positif itu tidak ada. Tanda hanya menunjukkan posisi bilangan tersebut dalam garis bilangan. Akibatnya nol itu punya dua tanda, positif nol dan negatif nol. Tapi bedanya dengan bilangan lain seperti positif satu dan negatif satu, tanda pada nol tidak memiliki makna. Seperti disebutkan di atas, matematika harus efektif, jadi ya tidak usah dikasih tanda sama sekali saja. Betul. Dan memang begitu adanya. Positif nol dan negatif nol hanya dipakai dalam konsep limit untuk menggambarkan arah perhitungan.

  • Nol bukan bilangan kuadrat.

Tergantung. Nol bisa bilangan kuadrat bila ia dipandang sebagai hasil kali bilangan bulat yang sama. Negatif satu kuadrat itu nilainya satu. Nol kuadrat nilainya nol. Satu kuadrat nilainya satu. Nol juga bisa dipandang bukan bilangan kuadrat jika kita membatasi bilangan kuadrat harus bilangan asli.

  • Nol bukan kelipatan semua bilangan.

Sebaliknya. Sebuah bilangan dikatakan kelipatan dari sebuah bilangan bila ada bilangan lain yang mengalikannya. Misalkan ada dua bilangan bulat X dan Y. X dikatakan kelipatan dari Y kalau ada bilangan bulat lainnya, Z, yang sedemikian hingga X = Y dikali Z. Nah sekarang coba ganti X dengan nol dan Y ganti dengan bilangan bulat acak manapun. Ada tidak Z yang bisa menjadi pengali bilangan acak Y sehingga hasilnya jadi nol? Bisa, pakai aja Z = 0. Jadi nol adalah kelipatan semua bilangan.

  • Nol faktorial adalah nol.

Faktorial didefinisikan sebagai hasil kali bilangan tersebut dengan bilangan sebelumnya. Jadi kalau empat faktorial (dilambangkan dengan 4!) berarti 4 x 3 x 2 x 1 = 24. Tiga faktorial = 3 x 2 x 1 = 6. Dua faktorial = 2 x 1 = 2. Satu faktorial = 1. Untuk menemukan nol faktorial, kamu bisa menghitung mundur dengan cara lain. Kita tahu empat faktorial = 4 x 3 x 2 x 1. Sekarang tiga faktorial bisa dibuat seperti ini, tiga faktorial = (4 x 3 x 2 x 1 )/ 4. Dua faktorial bisa dibuat seperti ini = (3 x 2 x 1) /3. Satu faktorial = (2 x 1) / 2. Nol faktorial = 1 /1. Jadi nol faktorialnya adalah 1.

  • Nol pangkat nol tidak terdefinisi.

Ada yang bilang 0 pangkat 0 tidak terdefinisi. Ini karena fungsi nol pangkat x dan x pangkat nol memiliki nilai limit berbeda saat x mendekati nol. Ini salah. X pangkat nol itu nilainya 1 untuk semua x, tanpa terkecuali. Ada teorema yang namanya teorema binomial. Teorema ini penting sekali dan harusnya valid untuk x = 0, y = 0 dan atau x = -y. Sebaliknya fungsi nol pangkat x itu tidak terlalu penting. Berdasarkan kepentingannya maka nol pangkat nol adalah satu.

  • Nol itu sama saja dengan tidak ada.

Nol itu ada. Contoh, berapakah x jika 4 + x = 1 + 3? Jawabannya ada, yaitu nol. Sekarang berapa x jika 4 + x = 1 + 2? Jawabannya tidak ada (kecuali negatif).

  • Berapapun angka yang dibagi nol hasilnya tak terhingga.

Bukan tak terhingga, tapi tak terdefinisi alias tidak ada. Alasannya begini, kalau kamu membagi 6 dengan 2 jawabanya adalah 3, karena 3 dikali 2 itu adalah 6. Bila kamu bagi 6 dengan nol, pertanyaannya adalah apa bilangan yang dikali dengan nol hasilnya enam? Tidak ada kan?

  • Nol dibagi nol hasilnya tidak terdefinisi

Jawaban di atas hanya berlaku bila bilangan yang dibagi bukan nol. Saat bilangan yang dibagi adalah nol, maka jawabannya bukan tak terdefinisi, tapi tak tentu (indeterminate). Kembali lagi ke perkalian tadi, a /b = c, berarti ada sebuah bilangan b yang merupakan pengali c untuk mendapatkan a. Contohnya, 6/2 = 3, ini artinya 2 x 3 = 6. Nah, kalau 0/0 = c, ini artinya c x 0 = 0. Apa nilai c bisa juga nol, bisa 1, bisa 2, bisa 3, bisa satu googol, bisa satu googolpleks, bisa berapa saja, tidak menentu. Komputer yang canggih pun akan mati mendadak jika tiba-tiba bertemu dengan pembagi angka nol. Mari kita jejer angka nol dibelakang angka satu, satu nol menjadi sepuluh, enam angka nol menjadi sejuta, seratus angka nol menjadi…? Anda bisa menghitungnya sendiri, maknanya apa? Tidak ada operasi jejer dalam matematika. Yang ada, kali, bagi, tambah, kurang, dan sebagainya yang sudah anda pelajari di sekolah.

  • Nol itu tidak terbatas karena memuat semua bilangan

Ini pada dasarnya datang dari usaha memvisualisasikan angka sebagai sesuatu yang nyata. Pemikiran ini pemikiran tradisional. Ingat bagaimana kita pertama menghitung dengan jari. Pada dasarnya angka-angka itu abstrak. Cuma ada di kepala. Bila kamu bilang nol memuat segalanya, berarti dia bukan sebuah bilangan hitung. Bilangan hitung ada di garis bilangan. Tahu kan, -2, -1, 0, 1, 2, dst. Masing-masing jelas posisinya. Jika anda memaksakan kalau nol itu tidak terbatas, maka semua bilangan juga tidak terbatas. 1 juga tidak terbatas, ia memuat 2-1, 4-3, 5-4, 6-5, dst. Dua juga, lima juga, satu googolpleks juga. Jadi pernyataan nol itu tidak terbatas gak ada artinya. Mari kita selipkan angka nol di antara 2 dan 9, lalu kita bagi 19, ternyata hasilnya bulat! Ini bukan matematika. Sekali lagi, tidak ada operasi jejer atau selip dalam matematika. Bila anda ingin membagi, gunakan operasi lain yang sah, seperti tambah, kurang, kali, pangkat, logaritma, akar , dll.

Sumber : izun9@kaskus

Tingkatkan Kecerdasan Dengan Ini, Maka Manfaatnya Akan Membuat Kalian Terkesan !

Kecerdasan Emosional (bahasa Inggris : Emotional Quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).

Keterampilan Sosial

Ini mencakup empati, dengan upaya memenuhi kebutuhan orang lain dan ente sendiri. Misalnya dalam menemukan kesamaan dengan orang lain, mengelola hubungan di lingkungan kerja dan kemampuan persuasif. Keterampilan sosial kalian mempengaruhi segala sesuatu, baik kinerja maupun kehidupan romantis. Bentuk paling umum: menyelesaikan perselisihan. Mengatasi masalah setelah semua pihak tenang.

40anakcerdas

Empati

Sementara sebelumnya mengacu pada emosi internal seseorang, yang satu ini berhubungan dengan emosi orang lain. Empati adalah keterampilan dan praktik membaca emosi orang lain dan merespon dengan tepat. Triknya, mau mendengar orang lain, menempatkan diri pada posisi orang lain, mencoba memahami.

4292-anak-berkarakter-sulit-miskin-empati

Membangun Motivasi

Setiap orang termotivasi dengan adanya imbalan, misalnya materi, status atau lainnya. Yang perlu dibangun: motivasi terhadap suka cita diri & kepuasan diri yang produktif, baik dalam berhubungan dengan orang lain, karir dan lainnya. Banyak strateginya.  Buat daftar hal yang kalian pingin dihargai, terima kenyataan & bangkit. Ada yang mencapai sesuatu dengan perlahan, ada pula dengan berungkali berusaha.

kata-motivasi-mindset-tentang-gagal

Mengontrol Diri

Ini kemampuan untuk menjaga emosi kalian ketika terganggu. Pengendalian diri melibatkan kemampuan untuk mengendalikan amarah, dengan tenang membahas perbedaan pendapat, dan menghindari panik. Kontrol diri berarti mengendalikan ledakan emosi, memilah pemicu emosi dan melakukan apa yang terbaik sesuai kebutuhan kalian. Atur nafas ketika ente marah dan keluar dulu dari lingkaran emosional.

160700264

Membangun Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah upaya dalam menggali & mengetahui perasaan Anda sendiri. Ini termasuk memiliki penilaian akurat kemampuan Anda, kapan kalian membutuhkan bantuan, & menggali apa pemicu emosi itu. Jika perlu merespon orang lain, ambil waktu sejenak sebelum bereaksi balik. Perhatikan masukan dari orang lain tentang kelebihan dan kelemahan kita. Meditasi juga membantu membangun kesadaran diri.

130922-130551

Emosional

Kecerdasan emosional menggambarkan seberapa baik individu dapat mengelola emosi mereka sendiri & bereaksi terhadap emosi orang lain. Kecerdasan emosional perlu untuk mengingkatkan kualitas hidup, seperti mengatasi konflik, merespon kebutuhan orang lain, dan menjaga emosi yang mengganggu kehidupan. Kecerdasan emosional dapat dikembangkan sendiri.

emotions_-_3

Sumber : lunaticfringe@kaskus

Mengapa Perlu Gerakan Literasi Sekolah?

IT takes a village to raise a child.

Pepatah Afrika itu menegaskan tugas pengasuhan anak ialah tanggung jawab masyarakat. Jauh sebelum sekolah melembaga dalam kultur Indonesia, keluarga besar, tetangga, dan lingkungan masyarakat terdekat ikut mengawasi pertumbuhan seorang anak. Tradisi itu membuat halaman rumah menjadi tempat bermain bersama dan ruang pengasuhan komunal.

Namun, pada era modern ini, tanggung jawab pengasuhan bergeser ke keluarga inti dan sekolah. Ruang komunal merambah dan difasilitasi ranah daring. Ini terlihat dari sinergi antarelemen masyarakat yang berlangsung dalam ruang chat, media sosial, dan terbentuknya komunitas-komunitas daring yang peduli pendidikan. Kepedulian bersama ini seharusnya menguatkan peran sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Penelitian Alan Barton (2003) membuktikan keterlibatan keluarga dan publik dalam mendukung sekolah mampu meningkatkan motivasi belajar anak, mempertahankan keajegan kehadiran siswa di sekolah, mengurangi tingkat drop out, dan meningkatkan prestasi akademik siswa. Keberhasilan ini dialami siswa dari semua ras minoritas di sana sehingga partisipasi publik dalam pendidikan ditengarai mampu mengurangi kesenjangan pencapaian akademik antara mayoritas dan minoritas yang selalu menjadi momok pendidikan multikultural. Penelitian ini juga menunjukkan dukungan publik dalam bentuk sumber daya untuk memfasilitasi kegiatan sekolah terbukti dapat meningkatkan kinerja sekolah dan motivasi belajar siswa.

Studi itu sangat kontekstual dengan kondisi pendidikan di Indonesia. Banyak sekolah negeri berada di daerah terluar, daerah-daerah dengan akses terbatas pada infrastruktur publik, dan mengakomodasi siswa-siswa dari keluarga prasejahtera serta suku minoritas. Fakta itu tentu tidak mengabaikan sekolah-sekolah negeri di kantung kemiskinan perkotaan dan daerah miskin lain yang masih berjibaku dengan kebutuhan mendasar, seperti ruang dan fasilitas belajar yang layak dan aman.

Dengan kompleksitas itu, gerakan literasi sekolah yang mengawal program membaca 15 menit setiap hari di sekolah terlihat seperti kebijakan yang utopis. Bagaimana mungkin sekolah menyediakan ragam bacaan bagi guru dan siswa membaca setiap hari apabila sekolah masih berkutat dengan banyak permasalahan mendasar lainnya?

Data statistik menunjukkan hanya 5,7% sekolah di Indonesia–dari jenjang pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas– yang memiliki perpustakaan. Itu pun dengan kondisi yang bervariasi; dari kondisi ruangan yang kurang memadai, koleksi yang hanya terdiri atas buku-buku teks pelajaran, hingga tiadanya tenaga pengelola perpustakaan atau pustakawan.

Selain itu, penggunaan 5% dana bantuan operasional sekolah (BOS) masih berfokus pada pengadaan buku teks pelajaran dan bukan pada buku bacaan yang mampu menumbuhkan minat baca siswa. Fenomena itu menunjukkan penguatan budaya literasi di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru, melainkan juga tanggung jawab seluruh elemen publik sebagai ‘pengasuh’ anak dalam ruang komunal. Dukungan ini menjadi penting karena Indonesia tengah mengalami darurat literasi. Minat baca siswa perlu ditumbuhkan agar mereka mencintai pengetahuan.

Kemampuan membaca siswa perlu ditingkatkan bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan memahami bacaan siswa Indonesia yang terpuruk pada peringkat 64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes Programme of International Student Assessment (PISA); tapi juga untuk menjadikan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat. Meningkatkan kemampuan literasi siswa menjadi cara yang efektif untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Dukungan publik

Pelibatan publik dalam gerakan literasi sekolah perlu menjadi bagian penting dari visi dan misi sekolah. Praktik di banyak negara maju membuktikan reformasi pendidikan yang hanya mengintervensi siswa dan sekolah tidak akan berlanjut dalam jangka panjang.

Pelibatan publik dapat dilakukan melalui antara lain; program-program keayahbundaan (parenting), menyinergikan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, memperkuat komunikasi dan jejaring sekolah dengan pihak eksternal, menggalakkan program relawan, melibatkan elemen masyarakat dalam perencanaan kegiatan-kegiatan literasi sekolah, serta meningkatkan kolaborasi antarsekolah, alumni sekolah, dan komunitas pegiat literasi.

Program keayahbundaan bertujuan meningkatkan kapasitas orangtua sebagai figur teladan literasi. Rumah perlu menjadi lingkungan yang literat dengan figur orangtua dan anggota keluarga yang suka membacakan cerita, bercerita, membaca, berdiskusi dengan anak, dan mendengarkan pendapat mereka.

Selain itu, kebijakan pelibatan keluarga dalam sekolah anak perlu mendapatkan dukungan melalui kebijakan-kebijakan yang ramah keluarga. Misalnya, lembaga pemerintahan dan swasta perlu diimbau untuk memberikan izin khusus kepada orangtua yang bekerja untuk mengantar anak pada hari pertama tahun ajaran baru, menghadiri pertemuan-pertemuan orangtua, dan menjadi relawan dalam kegiatan-kegiatan sekolah.

Kesadaran akan pelibatan keluarga perlu menjadi semangat dalam perancangan kebijakan. Misalnya, di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, program pelibatan publik dan keluarga menjadi salah satu kriteria agar dana pengembangan pendidikan yang diajukan sekolah dapat disetujui.

Sinergi kegiatan belajar di rumah dan di sekolah bertujuan mencari titik temu kegiatan belajar di rumah dan di sekolah. Sinergi bisa dilakukan dengan dua arah; siswa membawa pekerjaan sekolah untuk dikerjakan di rumah dengan dibantu orangtua, dan guru mengembangkan praktik baik di rumah untuk dilakukan di sekolah. Ini bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita atau menuliskan kegiatannya di rumah, atau orangtua diundang untuk bercerita dan menjadi relawan membaca di sekolah.

Praktik baik di rumah dapat dieksplorasi guru melalui kegiatan kunjungan ke rumah. Untuk menjalin komunikasi dengan keluarga dan pelaku bisnis serta komunitas pegiat literasi, kapasitas sekolah perlu ditingkatkan. Sekolah perlu menganalisis kebutuhan keluarga, minat, dan ide-ide mereka tentang pengembangan kegiatan literasi, serta mempertimbangkan kendala mereka dalam berpartisipasi di kegiatan sekolah.

Informasi ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun program literasi sekolah. Pendidik perlu mampu berkomunikasi dengan efektif, memahami bahasa lokal, dan menghargai latar belakang budaya keluarga. Untuk melibatkan alumni, pelaku bisnis, dan komunitas pegiat literasi, sekolah perlu membangun sistem informasi tentang jejaring potensial dan selalu memublikasikan kegiatan literasi sekolah pada jejaring sosial.

Apabila perlu, sekolah dapat menugaskan liaison untuk menjalin relasi dengan pihak eksternal sekolah. Kebijakan pendidikan perlu lebih memotivasi sekolah untuk melibatkan keluarga dan publik secara lebih kreatif. Tentunya, upaya-upaya sinergis yang sudah berjalan perlu diapresiasi, dijadikan model, dan dikembangkan dengan lebih baik lagi. Gerakan literasi sekolah tidak akan berlangsung dengan efektif tanpa dukungan masif dari publik.

Sumber : Dikdasmen

Sosok Bapak H. Kaslim Hutabarat

kaslim-01Sebagai seorang alumni pasti yang teringat dan terkenang adalah seorang guru, baik guru yang pandai mengajar dan juga guru yang paling disegani. Masih ingatkah dengan nama ini H. Kaslim Hutabarat, pasti nya masih sangat ingat dengan nama itu. Sosok guru yan keras dan mempunyai komitmen menerapkan kedisplinan, suara yang lantang dan keras, tidak pandang bulu terhadap kesalahan dan pelanggar kedisiplin. Tapi dibalik itu semua bapak Kaslim Hutabarat orang yang humoris dan pandai bercanda kepada siswa/i nya.

H. Kaslim Hutabarat sudah beberapa periode menjabat sebagai Kepala Sekolah dan di periode tahun ini Bapak H. Kaslim Hutabarat masih menjabat sebagai kepala sekolah. Guru yang satu ini juga di takuti siswa/i, dan juga akrab dengan siswa/i. Dengan ciri khas yang humoris menjadi daya tarik dalam menjalin keakraban dengan siswa/i SMK Muhammadiyah 11 Sibuluan.

Sekarang Bapak H. Kaslim Hutabarat sudah mempunyai akun Facebook, dan dikelola sendiri, silahkan menjalin keakraban dan silaturahmi di sini.

kaslim-dan-keluarga-01

kaslim-hargurnas-01

kaslim-perpisahan-01

Pembelajaran Scaffolding untuk Kesuksesan Belajar Siswa

20130216-113012Di kalangan masyarakat awam, istilah scaffolding atau perancah tampaknya lebih dipahami sebagai sebuah istilah yang berhubungan teknik konstruksi bangunan, yaitu upaya memasang susunan bambu/kayu balok/besi sebagai tumpuan sementara ketika sedang membangun sebuah bangunan, khususnya bangunan dalam konstruksi beton. Ketika konstruksi beton dianggap sudah mampu berdiri kokoh, maka susunan bambu/kayu balok/besi itu pun akan dicabut kembali. Dalam konteks pembelajaran, penggunaan istilah scaffolding atau perancah ini tampaknya bisa dianggap relatif baru dan semakin populer bersamaan dengan munculnya gagasan pembelajaran aktif yang berorientasi pada teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky, sang pelopor Konstruktivisme Sosial.

Secara sederhana, pembelajaran scaffolding dapat diartikan sebagai suatu teknik pemberian dukungan belajar secara terstruktur, yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus, tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar secara mandiri. Jika siswa belum mampu men­­ca­pai kemandirian dalam belajarnya, guru kembali ke sistem dukungan untuk mem­bantu siswa memperoleh kemajuan sampai me­reka benar-benar mampu mencapai kemandirian. Dengan demikian, esensi dan prinsip kerjanya tampaknya tidak jauh berbeda dengan scaffolding dalam konteks mendirikan sebuah bangunan. Pembelajaran Scaffolding sebagai sebuah teknik bantuan belajar (assisted-learning) dapat dilakukan pada saat siswa merencanakan, melaksanakan dan merefleksi tugas-tugas belajarnya.

Jamie McKenzie mengemukakan 8 (delapan) karakteristik pembelajaran scaffolding: (1) provides clear directions; (2) clarifies purpose; (3) keeps students on task; (3) offers assessment to clarify expectations; (4) points students to worthy sources; (5) reduces uncertainty, surprise and disappointment; (6) delivers efficiency; (5) creates momentum.

Secara operasional, pembelajaran scaffolding dapat ditempuh melalui tahapan berikut:

  • Melaksanakan asesmen kemampuaan awal dan taraf perkembangan setiap siswa untuk menentukan Zone of Proximal Development (ZPD), yakni wilayah perkembangan siswa yang masih berpotensi dan berpeluang untuk ditingkatkan dan dioptimalkan melalui bantuan guru, teman, atau lingkungan pembelajaran tertentu, termasuk di dalamnya pemanfaatan teknologi .
  • Menjabarkan tugas-tugas dan aktivitas belajar secara rinci sehingga dapat membantu siswa melihat zona yang perlu di-scaffold.
  • Menyajikan struktur/tugas belajar secara jelas dan bertahap sesuai taraf perkembangan sis­wa, yang dapat dilakukan melalui: penjelasan, dorongan (mo­tivasi), dan pembe­rian contoh (modeling).
  • Mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri.

Sementara itu, Applebee dan Langer mengidentifikasi 5 (lima) langkah pembelajaran scaffolding yaitu:

  • Intentionally; mengelompokkan bagian kompleks yang hendak dikuasai siswa menjadi beberapa bagian yang spesifik dan jelas dan merupakan satu kesatuan yang utuh untuk mencapai kompetensi secara utuh.
  • Appropriateness; memfokuskan pada pemberian bantuan pada aspek-aspek yang belum dikuasai siswa secara maksimal.
  • Structure; memberikan model agar siswa dapat belajar dari model yang ditampilkan. Model tersebut dapat diberikan melalui proses berfikir, diverbalkan dalam kata-kata, atau melalui perbuatan. Kemudian, siswa diminta untuk menjelaskan apa yang telah dipelajari dari model tersebut.
  • Collaboration; melakukan kolaborasi dan memberikan respons terhadap tugas yang dikerjakan siswa.
  • Internalization: memantapkan pemilikan pengetahuan yang dimiliki siswa agar dikuasainya dengan baik dan menjadi bagian dari dirinya.

Dari langkah-langkah tersebut, inti pembelajaran scaffolding sesungguhnya terletak pada tahap structure dan tingkat kesuksesan penerapannya akan banyak ditentukan dari penentuan Zone of Proximal Development yang akan dibantu.

Di lain pihak, Alibali (2006) memberikan saran yang lebih teknis terkait dengan penerapan pembelajaran scaffolding, sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini:

Advance organizer
Alat yang digunakan untuk memperkenalkan materi dan tugas baru guna membantu siswa mempelajari suatu topik: diagram Venn untuk membandingkan informasi secara kontras, diagram alir untuk menggambarkan proses, bagan organisasi untuk menggambarkan hierarki, mnemonik untuk membantu mengingat, rubrik yang menyediakan tugas-tugas yang diharapkan.

Cue Cards
Kartu yang telah disiapkan untuk dibagikan kepada siswa/kelompok siswa ketika akan mendiskusikan suatu topik tertentu. Kartu tersebut memuat kosakata (istilah-istilah penting) yang perlu dipahami, kalimat-kalimat dasar tentang materi yang harus dilengkapi siswa, rumus-rumus.

Concept and mind maps
Peta konsep atau peta pikiran yang dibuat siswa berdasarkan pengetahuan dimilikinya.

Examples
Menyediakan contoh, specimen, ilustrasi, masalah-masalah (pertanyaan).

Explanations
Menyediakan informasi lebih rinci dalam bentuk instruksi tertulis tentang tugas-tugas yang harus dilakukan siswa, memberikan penjelasan lisan tentang bagaimana proses kerja.

Handouts
Menyediakan handout yang berisi tugas dan informasi yang terkait dengan materi, disertai dengan ruang (kolom) komentar atau catatan bagi siswa.

Hints
Memberi saran dan petunjuk untuk mengalihkan langkah-langkah siswa” lihat halaman 31!”, “tekan tombol escape!”. lanjutkan ke halaman berikutnya”.

Prompts
Memberi isyarat fisik (gesture) atau verbal untuk membantu mengingat pengetahuan sebelumnya atau asumsi yang telah dimiliki siswa. Fisik: gerakan tubuh seperti menunjuk, mengangguk kepala, berkedip. Verbal: “Ayo!”, “Lanjutkan!”, “Ceritakan kepada saya!”, “Apa yang akan Anda lakukan! ”, “Apa pendapat Anda tentang hal itu?”

Question Cards
Menyediakan kartu yang memuat pertanyaan seputar materi yang diajarkan atau tugas-tugas khusus yang diberikan kepada siswa/kelompok siswa untuk saling bertanya dan menjawab tentang materi yang diajarkan.

Question Stems
Kalimat tidak lengkap yang yang harus diselesaikan guna mendorong siswa berfikir lebih mendalam dengan menggunakan perintah kalimat tanya “Apa yang terjadi jika…. (What if…)

Stories
Menceritakan materi yang kompleks dan abstrak ke dalam situasi yang lebih akrab dengan siswa untuk menginspirasi dan memotivasi siswa.

Visual Scaffolds
Menekankan perhatian tentang suatu objek, melalui gerakan tubuh (gesture) yang relevan; menyediakan diagram dan grafik, menggunakan metode highlighting informasi visual (huruf miring, warna yang berbeda, huruf tebal, kedip).

Jika kita berpegang pada Permendikbud No.65/2013 tentang Standar Proses Pembelajaran, yang di dalamnya mengisyaratkan tentang pentingnya penerapan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka penguasaan guru tentang Pembelajaran Scaffolding ini tampaknya menjadi penting agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Sumber

Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa

disipllinDisiplin kelas, tata tertib kelas, pengendalian kelas, manajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang guru. Apabila seorang guru tidak mampu memelihara disiplin dalam kelas maka kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang kondusif.

Sebagai agen sosialisasi (socialization agent), guru hendaknya membelajarkan siswa tentang berbagai perilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa, guru menyampaikan berbagai pesan kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan situasi yang diharapkan di kelas.

Terdapat 4 (empat) hal penting untuk mencapai kesuksesan di kelas:

  1. Guru perlu merencanakan secara matang pendekatan individual dalam mendisiplinkan siswa.
  2. Guru harus memahami secara baik berbagai teori disiplin, beserta asumsi yang mendasarinya.
  3. Guru memahami nilai-nilai dan filsafat pendidikan yang diyakininya.
  4. Guru harus mampu menentukan pendekatan disiplin yang sejalan dengan keyakinan siswanya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa dan konflik personal.

Sesungguhnya, banyak teori tentang disiplin yang bisa kita terapkan, salah-satunya adalah teori Inner Discipline yang digagas oleh Barbara Coloroso. Dalam upaya mendisiplinkan siswa di kelas (sekolah), Coloroso mengemukakan 3 (tiga) kategori guru (dalam tulisan ini saya menggunakan istilah tipe guru), yaitu: (1) Brickwall Teacher (Guru Tembok Bata); (2) Jellyfish Teacher (Guru Ubur-ubur); dan (3) Backbone Teacher (Guru Tulang Punggung). Berikut ini disampaikan penjelasan singkat dari ketiga tipe tersebut:

  1. Guru Tembok Bata (Brickwall Teacher). Guru tipe ini berusaha membatasi dan mengendalikan siswa secara ketat, menganggap siswa sebagai bawahan dan kerap menghina siswa. Disini tidak ada wilayah abu-abu, yang ada hanyalah dikhotomi antara hitam dan putih. Guru tipe ini mengoperasikan tugas dalam suasana ketakutan, melalui aturan tetap dan kaku, menekankan ketepatan waktu, kebersihan dan ketertiban. Dalam proses pembelajaran sering mematahkan kehendak siswa, menekankan ritual dan hafalan, lebih mengandalkan pada kompetisi dan mengajarkan tentang apa yang harus dipikirkan daripada bagaimana berpikir (what to think rather than how to think). Guru Tembok Bata (Brickwall Teacher) kurang memberi kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan Inner Discipline-nya.
  2. Guru Ubur-ubur (Jellyfish Teacher). Berbanding terbalik dengan Guru Tembok Bata, guru tipe yang kedua ini sama sekali tidak memiliki ketegasan dan cenderung lemah dalam mengelola kelas, sehingga memungkinkan terjadinya kekacauan dan anarki di kelas. Tidak memiliki aturan dan struktur yang jelas, serta seringkali menetapkan aturan dan hukuman yang tidak konsisten. Guru tipe ini cenderung menggunakan ancaman dan emosional serta meremehkan proses pembelajaran. Sama halnya dengan tipe guru Tembok Bata (Brickwall Teacher), guru tipe yang kedua ini juga tidak memperhatikan kebutuhan siswa akan pengembangan kemampuan Inner Discipline-nya.
  3. Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher). Guru tipe ketiga ini adalah guru yang senantiasa berusaha memberikan dukungan dan menyediakan struktur yang diperlukan siswa untuk menyadari keunikan dan mengenal diri yang sejatinya. Proses pembelajaran berlangsung secara demokratis dengan aturan yang sederhana tetapi jelas. Guru tipe yang ketiga ini selalu berusaha mendukung siswa untuk melakukan kegiatan yang kreatif, konstruktif dan bertanggung jawab, memotivasi siswa agar dapat melakukan semua hal yang mereka miliki bisa. Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) berupaya membelajarkan siswa bagaimana berpikir dan memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pada Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) inilah memungkinkan terjadinya pengembangan Inner Discipline siswa.

Coloroso berkeyakinan bahwa dalam berhubungan dengan siswa, seorang guru seyogyanya dapat membantu siswa untuk mengembangkan Inner Discipline-nya. Dalam arti, membantu siswa agar mampu menunjukkan perilaku yang kreatif, konstruktif, kooperatif, dan bertanggung jawab, tanpa harus diatur dan dikendalikan orang lain. Siswa dibelajarkan untuk menerima masalah yang dimiikinya, mengambil tanggung jawab penuh atas masalah perilakunya dan dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, bukan atas dasar rasa takut tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran bahwa memang itulah hal yang benar untuk dilakukan (it is the right thing to do).

Teori Inner Discipline meyakini bahwa setiap siswa pada dasarnya terhormat, oleh karena itu sudah sepatutnya mereka menerima perlakuan secara terhormat dan setiap saat dapat diperlakukan dengan tanpa harus melukai kehormatan dirinya. Langkah-langkah penerapan Inner Discipline dikembangkan dalam 6 (enam) tahapan, yaitu: (1) identifikasi dan mendefinisikan masalah; (2) menentukan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya; (3) mengevaluasi pilihan-pilihan yang tersedia; (4) memilih salah satu pilihan yang ada; (5) membuat sebuah rencana dan melaksanakannya; (6) melakukan retrospeksi, dengan mengevaluasi ulang masalah dan solusi yang dijalankan.

Menurut Coloso, keenam langkah ini telah mencakup 3 R tentang Disiplin, yaitu: (1) Restitusi: memperbaiki kerusakan perilaku dan kepribadian yang dialami siswa ; (2) Resolusi: menentukan cara untuk tidak membiarkan perilaku itu terjadi lagi atau dengan kata lain siswa dapat menerima apa yang yang telah dilakukannya dan memulai hal baru; dan (3) Rekonsiliasi: proses penyembuhan, siswa dibelajarkan untuk menghormati rencana restitusi yang telah disepakati, dan berkomitmen untuk berbuat sesuai dengan resolusi.

Menjadi Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) yang mampu mengimplementasikan Inner Discipline sebagaimana disarankan oleh Coloso tentu bukan hal yang mudah, apalagi bagi guru-guru yang sudah kadung menjadi menjadi Guru Tembok Bata atau Guru Ubur-ubur, tetapi barangkali itulah pilihan yang paling memungkinkan dalam konteks pendidikan saat ini, yang mengedepankan proses pemanusiaan manusia.

Sumber